Yayasan AW & UCB Kupang Helat Sharing Beasiswa LPDP, Ibu Angel Hadir Dari London

Kupang, MITC – Yayasan Arnoldus Wea Dhega Nua (AW Foundation) dan Prodi Ners Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang menyelenggarakan diskusi bertajuk “Sharing Beasiswa LPDP”, pada hari Minggu (10/07/2022) pukul 20.00 WITA, berlangsung secara virtual dengan menggunakan media Google Meet.

Sebelumnya, AW Foundation telah menyelenggarakan banyak kegiatan, baik dalam bentuk sharing dan diskusi, kelas inspirasi, maupun memberi dukungan atau bantuan langsung pada kelompok anak muda di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, berkarya dan berinovasi demi kemajuan daerah.

Arnoldus Wea, Co-founder AW Foundation, selalu menekankan pentingnya membina dan mengembangkan potensi anak-anak muda NTT pada berbagai kegiatan yang pernah dihelat. Demikian juga kegiatan diskusi yang menghadirkan narasumber tunggal—Ibu Angela Muryanti Gatum—ini, merupakan bentuk komitmen dan konsistensi AW Foundation yang sejak berdirinya fokus pada misi: Membangun Manusia Muda NTT.

Petrus Kanisius Siga Tage, S.Kep.,Ns, M.Kep, perwakilan AW Foundation sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan, menjelaskan bahwa kegiatan sharing dan diskusi tersebut merupakan respons atas peluang beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang sudah dibuka sejak 4 Juli hingga 5 Agustus 2022 mendatang.
“Kita sengaja hadirkan Ibu Angel malam ini agar kita bisa belajar bagaimana proses seleksinya berjalan,” jelas pria ini yang biasa disapa Pak Rusni tersebut.

Pak Rusni menjelaskan kalau narasumber utama diskusi tersebut, Muryanti Gatum atau yang akrab disapa Ibu Angel (baca: enjel), merupakan Dosen Prodi Ners UCB Kupang yang pada tahun 2019 lalu menjadi salah satu penerima beasiswa LPDP dan kini sedang menjalani studi Magister Keperawatan di King’s Collage, London.
“Teman-teman perlu tahu, itu adalah kampus tempat awal mula tokoh keperawatan dunia—Florence Nightingale—berkarya,” kata Pak Rusni.

“Harusnya itu kampus nomor 1, tapi berdasarkan QS Rangking dia nomor 2 di dunia untuk subjek keperawatan,” jelas dia.
Baca Baik-baik Panduannya

Diskusi yang dipimpin langsung oleh Pak Rusni tersebut diawali dengan pemaparan singkat oleh Ibu Angel mengenai gambaran beasiswa LPDP secara umum.

Pada kesempatan itu, Ibu Angel mengutarakan motivasi utamanya mengejar beasiswa tersebut sebagai tuntutan pekerjaan.
“Sebagi dosen saya wajib berpendidikan minimal S2. Itu makanya saya selalu berusaha untuk mendapatkan beasiswa,” ungkapnya.

Menurut Ibu Angel, keunggulan beasiswa LPDP itu bisa untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan di luar negeri. Pilihan negara tujuan di luar negeri juga banyak, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pelamar.

Secara umum, lanjut Ibu Angel, beasiswa LPDP tersebut terdiri atas 4 jenis, yaitu: General Scholarship, Targeted Scholarship, Affirmative Scholarship dan Collaborative scholarship. Sedangkan untuk tahap seleksinya melalui tiga tahap, yaitu seleksi administrasi, seleksi bakat skolastika dan seleksi substansi.

“Banyak pelamar yang gagal di tahap awal; seleksi administrasi,” terang Ibu Angel.
“Jadi, wajib baca baik-baik panduannya, karena banyak yang gagal itu karena kurang paham dengan aturan atau ketentuan yang sudah ditulis dalam panduan,” sambung dia.

Bahasa Inggris Salah-Paham

Setelah pemaparan awal dari Ibu Angel, Pak Rusni langsung memandu diskusi dengan menanyakan hal yang, menurut amatannya selama ini, menjadi salah satu yang dikeluhkan oleh pelamar beasiswa LPDP—khususnya dari wilayah NTT yang biasa juga disebut “rakat”—yaitu masalah kemampuan Bahasa Inggris.
“Itu masalah saya juga sebenarnya,” ungkap Ibu Angel.

Ibu Angel kemudian bercerita, sebelumnya dia juga pernah gagal mendapatkan beasiswa LPDP karena kurang persiapan. Karena itu, sejak tahun 2018 dia mulai menetapkan niat yang serius dan mulai belajar sungguh-sungguh.
Ibu Angel mengaku ikut berbagai kursus Bahasa Inggris, khususnya untuk persiapan tes IELTS (International English Language Testing System).

Berkat persipan yang matang tersebut, akhirnya Ibu Angel bisa lolos dan pada seleksi beasiswa LPDP tahun 2019 lalu. Meski demikian, Ibu Angel mengakui tetap merasa gugup ketika pertama kali kuliah di Inggris. Hal itu terjadi karena perbedaan aksen yang membuat Ibu Angel beberapa tidak dimengerti oleh lawan bicaranya. Tapi, hal itu tidak menyurutkan niat Ibu Angel untuk terus berlatih dan berani berkomunikasi dengan siapa saja.

“Saya punya prinsip Bahasa Inggris salah-paham. Biar salah yang penting paham…hehehe,” ucapnya.
Ibu Angel juga menambahkan, penerima beasiswa afirmasi akan mendapatkan kesempatan khusus dari LPDP untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris sebelum berangkat ke negara atau kampus tunjuan. Karena itu, Ibu Angel meyakinkan peserta diskusi untuk tidak perlu terlalu khawatir soal Bahasa Inggris.
Tidak Siap = Siap Gagal

Ketika ditanya apa saja yang perlu disiapkan dalam mengajukan beasiswa LPDP, khususnya jalur afirmasi, Ibu Angel menekankan tentang pentingnya persiapan calon pelamar.
“Dengan gagal dalam persiapan, kamu bersiap-siap untuk gagal,” katanya mengutip ungkapan salah satu tokoh terkenal, Benjamin Franklin.

Ibu Angel menjelaskan, semua persyaratan wajib dipenuhi. Selain itu, calon pelamar juga harus siap mental, memiliki motivasi yang jelas, dan kebulatan tekad (determination).

Ibu Angel juga menyarankan agar pelamar bisa mengikuti berbagai forum diskusi atau grup khusus di berbagai media sosial yang berisi pejuang beasiswa LPDP. Menurutnya ada begitu banyak forum diskusi yang berisi orang-orang positif dan saling menyemangati untuk meraih impian.

Ibu Anjel menambahkan, riset kampus tujuan juga sangat penting dilakukan karena sangat berpengaruh dalam proses seleksi. Dia mencontohkan dirinya pernah berencana memilih kampus di Amerika, tapi karena ada syarat yang tidak bisa dipenuhi (harus sudah RN (Registered Nurse), makanya dia kemudian memilih kuliah di Inggris.

“Fokus pada impian Anda dan jangan takut bersaing. LPDP tidak ada batasan kuotanya, jadi kita bersaing hanya dengan diri sendiri. Jangan lupa berdoa. Berdoanya 100%, persiapannya juga 100%,” ajak dia.

Strategi Menulis Esai

Persiapan yang tidak kalah penting saat melamar beasiswa LPDP adalah menulis esai. Menurut Ibu Angel, pelamar harus pahami dulu pertanyaannya sebelum mulai menulis. Saat menulis atau menjawab pertanyaan tersebut, Ibu Angel menyarankan agar pelamar tidak perlu berpura-pura baik.

“Harus benar-benar jadi diri sendiri,” tegasnya.

Misalnya esai tentang kontribusi yang pernah dibuat, pelamar bisa memulainya dengan hal-hal kecil saja, asal tidak dikarang. Begitu pula ketika menulis esai tentang motivasi kenapa mau kuliah lanjut dan apa kontribusi yang dilakukan setelah kuliah.
“Upayakan jangan yang terlalu abstrak, misalnya mau menurunkan stunting di NTT. Apa yang dilakukan untuk menurunkan stunting tersebut? Bikin yang realistis saja. Setelah menulis esai, langkah penting lainnya adalah mencari teman diskusi atau proofreader,” tandasnya.

Menurut Ibu Angel, esai yang sudah dibuat itu perlu didiskusikan dengan teman yang dianggap mampu atau berpengalaman. Cara itu sangat penting untuk memastikan apa yang sudah ditulis itu tidak keluar dari konteks pertanyaan. Selain logis, esai tersebut harus menarik untuk dibaca.

Kemampuan menulis juga sangat penting ketika mulai kuliah, tambah Ibu Angel, karena sebagian besar tugas dibuat dalam bentuk esai atau opini argumentatif. Pada awalnya Ibu Angel mengaku kewalahan mengerjakan tugas. Bagaimana tidak, tugas yang sudah yakin dikerjakan dengan baik, malah mendapat banyak komentar buruk dari
dosen.

“I don’t understand what you mean,” begitu salah satu komentar dosen yang diingatnya, dan itu membuatnya galau berhari-hari. Setelah agak lama, pada akhirnya Ibu Angel menerima keadaan tersebut dan mulai belajar lebih giat lagi. Ibu Angel mengakui, tuntutan tugas penulisan opini di sana tidak bisa bersifat artifisial saja, tapi harus mengulasnya secara mendalam dan filosofis.

Setelah belajar terus-menerus, Ibu Angel akhirnya bisa melewati ujian atau tugas demi tugas dengan baik.
Lagi-lagi Bahasa Inggris

Pak Rusni selaku moderator rupanya belum puas dengan urusan Bahasa Inggris, sehingga ia bertanya lagi tentang masalah yang menurutnya menjadi keluhan sejuta umat pelamar beasiswa. Karena itu, Pak Rusni ingin mengetahui lebih detail, bagaimana pengalaman belajar Bahasa Inggris yang dilakukan oleh Ibu Angel. Ibu Angel pun bercerita kalau ia memutuskan untuk ikut kursus.

Menurutnya, kursus memang mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, tapi hal itu justru menjadi motivasi tersendiri untuk serius belajar. Selain itu, Ibu Angel juga mengembangkan kemampuan Bahasa Inggrisnya dengan berkomunikasi atau bergaul dengan sesama teman yang saling mendukung proses belajar.

Strategi lain yang dilakukan Ibu Angel adalah sering-sering menonton film berbahasa Inggris.
“Setelah nonton film, saya kadang bicara sendiri di depan cermin atau coba berlatih bicara Bahasa Inggris dengan suami,” imbuh Ibu Angel.

Pak Rusni sebagai salah satu rekan kerja di Prodi Ners UCB Kupang juga mengakui upaya keras dan serius yang Ibu Angel tersebut.

“Saya tahu betul penjuangan Ibu Angel sebelum berangkan ke London. Ibu Angel memang belajar gila-gilaan. Kalau Ibu Angel saja begitu, maka kita harusnya belajar 10 kali lipat untuk sampai pada level itu,” ujar Pak Rusni.

Pak Rusni lagi-lagi menekankan, salah satu masalah yang menghambat orang dapat beasiswa adalah Bahasa Inggris. Tidak hanya untuk beasiswa, bahkan menurut Pak Rusni, studi magister saat ini pasti mewajibkan kemampuan Bahasa Inggris karena ada kewajiban ikut konferensi dan publikasi ilmiah internasional. Bahasa Inggris sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa dihindari saat ini. Karena itu, Pak Rusni juga berbagi tips untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing tersebut. Sebagaimana saran Ibu Angel, Pak Rusni juga menyarakan untuk banyak menonton film berbahasa Inggris.

“Dari sana kita bisa belajar banyak kosakata dan cara pengucapannya,” jelasnya lebih lanjut.

Pak Rusni juga menganjurkan peserta diskusi yang berasal dari berbagai daerah di NTT itu untuk banyak membaca, harus belajar, dan sering-sering diskusi pakai Bahasa Inggris. Pak Rusni menyarankan peserta untuk beli dan belajar Kamus Oxford.
“Minimal hafal 10-20 kata per hari,” pesannya kemudian.

Pak Rusni bersama AW Foundation telah membentuk grup WA khusus bagi peserta diskusi yang nantinya akan dibimbing terus oleh Ibu Angel. Karena itu, Pak Rusni berpesan kepada peserta agar terus melakukan komunikasi di grup WA tersebut.
Selanjutnya, AW Foundation juga akan menghadirkan diskusi dan bimbingan sejenis pada waktu mendatang. (*idus-msd/aat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.