Melki Laka Lena: Pendek Karena Genetik dan Pendek Karena Stunting Itu Dua Hal Yang Berbeda
Kupang, MITC – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengungkapkan bahwa masalah stunting tidak berhubungan atau berkaitan dengan masalah genetik. Menurutnya masalah stunting adalah gangguan yang terjadi karena masalah nutrisi dan faktor lingkungan.
“Yakinlah bahwa genetika tidak ada urusan dengan stunting. Pendek karena genetik dan pendek karena stunting itu dua hal yang berbeda. Stunting itu urusannya dengan bagaimana kita punya penanggulangan stuntingnya jalan atau tidak. Pola makannya jalan atau tidak. Pola asuhnya jalan atau tidak, tegas politisi Golkar yang akrab disapa Melki Laka Lena ini saat menggelar kegiatan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting bersama Mitra Kerja BKKBN Perwakilan Provinsi NTT di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di dalam Pasar Oeba, Kelurahan Fatubesi, Kecamatan, Kota Lama, Kota Kupang, Minggu, 19/6/2022.
Melki Laka Lena juga mengungkapkan bahwa secara pribadi maupun Komisi IX DPR RI sangat berkomitmen dalam mendukung penurunan angka stunting lewat berbagai program.
“Lewat kerjasama kami dengan Kemenkes RI sudah hampir 70 ton makanan tambahan yang kami kirim ke NTT selama saya menjadi DPR RI untuk balita dan ibu hamil. Secara Nasional, kita juga akan membagi alat timbang dan alat ukur berstandar untuk posyandu di seluruh Indonesia. Jadi ketika pakai di NTT, sama dengan di Papua pakai, Aceh pakai, itu semua sama. Sehingga data stunting sama dengan Pemda atau Dinas Kesehatan dengan BKKBN,” ungkapnya.
Untuk penanggulangan stunting, Melki Laka Lena mengatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Selain itu menurutnya pencegahan stunting menjadi sangat efektif apa bila dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan .
Melki Laka Lena juga menyinggung penggunaan potensi pangan lokal untuk pencegahan stunting seperti mengkosumsi jagung rote atau sorgum sebagai makanan pengganti nasi yang merupakan sumber pangan tinggi protein. Kata dia, kandungan utama sorgum terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, serat, dan mikronutrien.
Selain itu ada juga daun kelor, antioksidan daun kelor sangat tinggi, kandungan vitamin C di dalamnya 7 kali lipat lebih tinggi dari pada jeruk, sementara potasiumnya 15 kali lipat lebih banyak dari pada pisang. Ada juga juga kacang-kacangan sebagai salah satu sumber protein tertinggi yang juga merupakan sumber asam folat, zinc, besi dan magnesium yang sangat baik. Ada juga jewawut, jewawut ini mengandung kalsium yang cukup tinggi untuk mencegah pembentukan sel kanker.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kupang, drg. Fransisca J.H. Ikasasi mengatakan dalam memerangi stunting Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri tapi butuh kerjasama semua pihak.
“Dalam memerangi stunting, kita tidak bisa sendirian. Tetapi kita konvergensi, kita bersama – sama. Kami butuh bantuan dari bapak mama untuk kita sama – sama bergandeng tangan untuk memerangi stunting. Mari kita cegah stunting supaya kita tidak mewariskan generasi – generasi yang tidak berdaya guna. Kita mau Kota Kupang ini mempunyai warga yang mempunyai intelejensi , mempunyai kecakapan yang tinggi karena Kota Kupang adalah barometernya NTT,” ajak drg. Fransisca.
Sementara pemateri dari Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Yasni Saudila mengatakan untuk mencegah stunting maka calon pengantin penting untuk mempersiapkan pra konsepsi sebelum menikah.
“Calon pengantin sekarang sudah harus memeriksakan kesehatannya tiga bulan sebelum menikah. Supaya tahu bahwa calon bapak atau mama dalam keadaan sehat,” jelas Yasni Saudila.
Yasni Saudila menambahkan berbicara stunting maka berbicara soal pencegahan dan penangananya.
“Omong tentang stunting mencegah dari hulu untuk keluarga yang beresiko stunting, pada keluarga yang punya anak remaja, keluarga yang punya ibu hamil, keluarga yang punya anak baduta dan balita. Kemudian kita mengobati yang sudah terjadi stunting dengan pemberian makanan tambahan.” tutup Yasni. (*igo/aat)