Melki Laka Lena Ajak Mahasiswa UKAW Kupang Bekerja Bersama Berantas Stunting
Kupang, MITC – Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan NTT gencar melakukan sosialisasi pencegahan stunting mulai dari hulu. Kali ini sosialisasi digelar di Kampus Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, Selasa 23 Agustus 2022.
Sosialisasi yang digelar bersama mitra kerja ini dihadiri sekitar 250 peserta yang terdiri dari Civitas Akademika UNKRIS Kupang , OKP Cipayung dan Organisasi Tingkat Daerah di Kota Kupang. Hadir sebagai pembicara, Wakil ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kupang, Drg. Fransisca JH Ikasasi, dan juga dihadiri Wakil Rektor III Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, Dr.Filmon Polin S.H M.Hum.
Wakil ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam acara ini mengatakan Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada kurun 2030-2040. Menurutnya pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibandingkan usia non produktif. Menghadapi kondisi ini Ia mengajak mahasiswa dan generasi muda untuk mempersiapkan diri dan bekerja sama memberantas stunting sebagai salah satu penghambat bonus demografi.
“Kita akan melewati bonus demografi yang membuat Indonesia ini akan menjadi Negara yang berpotensi akan keluar dari Middle Income Trap. Kondisi ini akan mengalami suatu keguncangan kalau kita tidak bisa menyelesaikan SDM dengan baik. Kita akan melewati bonus demografi dimana orang yang bekerja di usia produktif akan lebih banyak dari pada orang tua. Di angka kita akan melewati bonus demografi, akan banyak angkatan kerja yang mempunyai kesempatan kerja luar biasa. Nah disitulah kemudian stunting menjadi penting untuk kita sama – sama berantas,” ungkap Politisi Golkar yang akrab disapa Melki Laka Lena ini.
Melki Laka Lena juga mengajak mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum berumah tangga.
“Diharuskan menjaga agar tidak hamil pada saat kuliah. Banyak kejadian saat ini anak SMP/SMA sudah berhubungan. Kejar dulu kuliah sampai lulus, selesai siapkan diri dengan baik bekerja atau mulai ada penghasilan baru menikah dengan baik. Jadi saya harap adik – adik mahasiswa bisa mempersiapkan diri dengan baik,” pesan Melki.
Terkait dukungan Komisi IX DPR RI dalam percepatan penurunan stunting, Melki mengatakan pihaknya mendorong agar BKKBN betul – betul menjadi leading sector untuk mengurus stunting di tanah air dan mendorong agar setiap posyandu mendapat alat antropometri.
“Kami terus mendorong agar BKKBN betul – betul menjadi leading sector untuk mengurus stunting di tanah air mulai dari pusat sampai daerah. Termasuk juga kami mendorong agar di posyandu sekarang diberikan alat ukur yang sama antropometri, baik itu timbangan bayi, untuk ukur tinggi badan dan berat badan. Melalui program Kemenkes, nantinya 300 ribu posyandu di Indonesia akan mendapatkan satu unit antropometri,” jelas Melki.
Sementara Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin mengatakan posisi perguruan tinggi sangat strategis dalam penanganan stunting.
“Dalam kacamata BKKBN melihat dalam dua posisi. Yang pertama, perguruan tinggi sebagai sumber ilmu pengetahuan dan agen of change. Banyak sekali kegiatan – kegiatan yang dapat kita lakukan bersama antara BKKBN dan perguruan tinggi dalam hal ini KKN Tematik, dimana teman-teman akan turun ke desa dimana akan kami titip pesan tentang bagaimana pencegahan tentang stunting,” jelas Yance.
Yang kedua, lanjut Yance, perguruan tinggi dalam hal ini mahasiswa sekaligus sebagai sasaran BKKBN. Karena stunting kondisi kekurangan energy kronis yang terjadi dalam waktu yang lama. Artinya tidak hanya terjadi saat ibu hamil tetapi ditarik kembali kebelakang pada saat mereka menjadi calon pengantin, ditarik kembali kebelakang pada saat mereka menjadi remaja putri.
“Untuk itu kita berharap semua keluarga yang memilki anak remaja putri untuk menjaga pola hidup yang serhat supaya jangan sampe kemudian anemi. Karena anemi dalam jangka yang lama berpotensi saat hamil melahirkan bayi stunting,” jelas Yance.
Ia menambahkan, BKKBN memiliki program yang langsung berkaitan dengan remaja yaitu GENRE (GENerasi beREncana).
“Program Genre mengajak remaja untuk Zero tolerance terhadap 3 resiko yang rentan terjadi pada anak remaja. Yaitu pertama zero terhadap pernikahan dini. Kita berharap semua remaja bisa melewati transisi masa remajanya. Jangan nikah dini minimal 21 tahun untuk perempuan, laki-laki minimal 25 tahun. Yang kedua sex pranikah. Hubungan sexsual hanya bisa dilakukan pada waktu dan tempatnya. Yang ketiga zero terhadap Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya,” tutur Yance.(*igo/alberto tatibun)