Pimpinan Komisi IX Apresiasi MoU TNI AD, Kemenkes, dan BPOM Terkait Vaksin Nusantara
Kupang, MITC – Senin (19/4), Kementerian Kesehatan, TNI AD, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah sepakat mengenai penelitian berbasis sel dendritik untuk Vaksin Nusantara demi meningkatkan imunitas terhadap virus corona.
Senin (19/4), ketiganya menandatangani nota kesepahaman (MoU) bertempat di Markas Besar TNI AD, disaksikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhajir Effendy
Menanggapi kesepakatan itu, Wakil Ketua IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengapresiasi langkah TNI AD, Kemenkes dan BPOM itu untuk mengakhiri perdebatan panjang soal vaksin nusantara. “Sebagai Wakil Ketua Komisi IX, saya mengapresiasi TNI Angkatan Darat, Kementerian Kesehatan, Badan POM juga para peneliti dari RSPAD Gatot Subroto dan RS Kariadi Semarang, yang telah menandatangani kesepakatan bahwa Vaksin Nusantara yang berbasis sel dendritik memakai mekanisme dan kaidah penelitian ilmiah,” kata Melki yang sedang berada di Rote Ndao menyerahkan bantuan kepada korban bencana seroja.
Dia mengatakan, kesepakatan ini untuk mencari solusi terbaik agar vaksin nusantara tetap dilanjutkan dengan mekanisme yang benar dan sesuai kaidah ilmiah dan bisa menjadi solusi mengatasi pandemi covid-19 di Indonesia dan dunia.
“Kami juga apresiasi kepada Pak Kasad Jenderal Andika beserta seluruh jajaran dan para pimpinan di RSPAD Gatot Subroto dan para peneliti dari RS Kariadi Semarang juga dari Balitbangkes yang telah bergerak maju untuk membuktikan vaksin nusantara sebagai opsi mengatasi pandemi Covid-19,” kata politisi Golkar ini
Ia juga berterima kasih kepada peneliti dari Undip dan juga Prof Hans dari Amerika Serikat yang telah membuktikan bahwa penelitian ini bisa menjadi opsi untuk membantu Bangsa ini mendapat vaksin atau pengobatan yang baik mengatasi pandemi Covid-19 di tanah air.
“Kami juga berterima kasih kepada para relawan, 27 orang di Semarang dan RSPAD Gatot Subroto yang jumlahnya terus bertambah, yang telah bersedia dan berada di garda depan menjadi pahlawan karena menyerahkan badannya jadi contoh bagaimana tesis para peneliti ini bisa dilakukan,” kata Melki.
Melki juga memotivasi para peneliti di seluruh Indonesia untuk terus berinovasi melahirkan produk anak bangsa sesuai kaidah ilmiah. Karena vaksin nusantara telah disepakati untuk diteliti secara ilmiah, apalagi sudah terdaftar di WHO. “Kita sudah gunakan Gonose dari UGM, juga karya lain seperti vaksin merah putih yang juga tengah dikembangkan di UI, UGM, Unair dan ITB. Komisi IX memberi dukungan penuh bagi para peneliti bangsa ini untuk melahirkan produk terbaik anak bangsa,” kata Melki yang juga salah satu relawan Vaksin Nusantara ini.
Melki juga meminta masyarakat umum untuk juga terus melakukan diskusi yang obyektif dan konstruktif agar bersama-sama menemukan solusi terbaik bagi tanah air dan dunia. Kami juga berharap produk anak bangsa bisa menjadi solusi bagi dunia,” tegas Melki.
Seperti diberitakan kontan.co.id, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait penelitian berbasis pelayanan sel dendritik.
Penandatanganan tersebut disaksikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhajir Effendy, di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta, Senin (19/4/2021).
“(Penelitian berbasis pelayanan sel dendritik) untuk meningkatkan imunitas terhadap Virus SARS-CoV-2,” demikian keterangan tertulis Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad), Senin (19/4/2021).
Berdasarkan kesepakatan tersebut, penelitian nantinya akan dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Selain mempedomani kaidah penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan, penelitian ini juga bersifat autologus.
Artinya, penelitian hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri sehingga tidak dapat dikomersialkan dan tidak diperlukan persetujuan izin edar.
“Penelitian ini bukan merupakan kelanjutan dari uji klinis adaptif fase 1 vaksin yang berasal dari sel dendritik autolog yang sebelumnya diinkubasi dengan Spike Protein Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS-CoV-2) pada subjek yang tidak terinfeksi Covid-19 dan tidak terdapat antibodi antiSARS-CoV-2,” tulis keterangan tertulis tersebut