Pola “Asal Comot”, Diksi Tendensius Khoirul Umam Atas Golkar
Oleh Frans Sarong
Wakil Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini Golkar NTT
Normal saja jika tensi politik kian memanas mengiringi tahun politik yang telah mendekati puncaknya. Salah satu isu yang menyerukan ruang publik kini adalah kabar kepindahan Gibran Rakabuming Raka ke Partai Golkar.
Ruang publik terasa kian bergemuruh antara lain ketika Ahmad Khoirul Umam merespons kabar Gibran gabung Golkar, dengan pernyataan menyentak. Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, itu melukiskannya sebagai model pendekatan “asal comot” yang digunakan Golkar untuk menggolkarkan Gibran (Kompas.id, Senin, 6/11/2023).
Ahmad Khoirul Umam bahkan menyebutkan pendekatan “asal comot” itu mengindikasikan karakter Golkar yang lebih mengedepankan pragmatisme dalam mencapai kemenangan, ketimbang mempertimbangkan aspek ideologis, loyalitas dan militansi dalam proses pengaderan yang matang.
Masih menurut Ahmad Khoirul Umam. Model pendekatan “asal comot” memang lebih mudah, efisien, dan praktis untuk mencapai kemenangan. Namun cara itu cenderung melemahkan fungsi kaderisasi parpol, dan di sisi lain mengokohkan karakter oportunisme dan melahirkan relasi antarpartai yang bercorak kanibalisne atau saling memangsa satu sama lain.
Tidak cermat
Prinsipnya sepakat dengan kajian Khoirul Umam. Namun pernyataannya bahwa Golkar melakukan pendekatan “asal comot” menggolkarkan Gibran, adalah tudingan tidak cermat atas keutuhan isunya. Dalam konteks ini, bahkan lumayan beralasan untuk melukiskan bahwa tudingan pendekatan “asal comot” itu sebagai pilihan diksi tendensius.
Tanggapan ini tentu berpijakkan pada sejumlah alasan. Sebut di antaranya adalah penegasan Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto. Melalui bangunan berita media yang sama, Hartarto mengatakan bahwa kabar soal kepindahan Gibran ke Golkar hanyalah isu belaka.
Lalu, Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily – juga melalui berita yang sama – melengkapinya. Kata Ace, Golkar sebagai partai terbuka, menyerahkan sepenuhnya kepada Gibran jika memang ingin bergabung dengan Golkar. “Golkar sangat terbuka jika Gibran memutuskan untuk bergabung”.
Dari penjelasan Hartarto dan Ace tergambar jelas bahwa Gibran belum menjadi warga Golkar. Jika pada saatnya Gibran gabung Golkar, dipastikan prosesnya tidak melalui pendekatan “asal comot” sebagaimana disebutkan Khoirul Umam. Sepenuhnya diserahkan kepada Gibran, jika memang ingi gabung Golkar.
Dengan demikian, bolehlah mengatakan bahwa Golkar telah menggolkarkan Gibran melalui pendekatan ” asal comot”, adalah vonis yang dijatuhkan sebelum faktanya terbukti! (*)