Sentuhan Inovasi oleh Bank NTT Sangat Membantu Masyarakat Nggorea Ende

Ende, MITC – Namanya Desa Nggorea. Letaknya di trans Flores, Ende Bajawa. Persisnya di Km 24. Desa ini masuk wilayah Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende.

Jarak tempuh ini tidak jauh-jauh amat dari Kota Ende, Ibukota Kabupaten Ende. Tetapi medan Flores yang berkelok penuh tikungan mengakibatkan waktu tempuhnya bisa mencapai 45 menit dengan kendaraan bermotor.

Nggorea  jadi istimewa karena termasuk salah satu desa Binaan Bank NTT Cabang Ende. Jadi binaan Bank NTT, Nggorea juga  jadi salah satu desa  peserta Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD tahun 2022.

Potensi tenun ikatnya luar biasa. Sudah terkenal dari dulu. Kekayaan intelektual yang diaplikasikan dalam produk tenun ikat memiliki nilai histori yang sangat tinggi. Setelah ditetapkan menjadi salah satu Desa Binaan Bank NTT Cabang Ende, ekonomi masyarakat Desa Nggorea menggeliat.

Sentuhan inovasi yang difasilitasi Bank NTT Cabang Ende sangat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan pendapatan maupun pelestarian produk tenun ikat.

Setidaknya, melalui berbagai produk layanan Bank NTT Cabang Ende yang kini dipimpin Fransiskus Boli Tobi, membuat para penenun yang tergabung dalam kelompok pengrajin tenun ikat mendapat kesempatan lebih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Produk tenun ikat Kabupaten Ende memiliki kekhasan dan nilai histori tersendiri. Meski demikian, perlu sentuhan inovasi untuk merebut pasar sekaligus meningkatkan pendapatan bagi masyarakat.

“Untuk menguasai pasar dan menjangkau kelompok milenial, perlu ada inovasi baru dari produk tenun ikat. Selama ini produk tenun ikat langsung dijual tanpa ada sentuhan inovasi. Minimal pada produk tersebut ada nama yang menunjukkan asal produk dan bisa menjadi brand,” sebut Juri Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD tahun 2022, Stanly Boimau, ketika meninjau Desa Nggorea, Senin (5/12/2022) lalu, seperti dilansir dari victorynews.id.

Stanly Boimau  mengatakan, produk tenun ikat yang dijual tidak saja dalam bentuk kain hasil tenunan. Harus ada inovasi untuk menghadirkan produk turunan yang bisa dijual dengan harga lebih terjangkau, dan memenuhi tuntutan pasar.

“Kalau dijual dalam bentuk kain tenun ikat tentunya sudah ada standar harga. Jika ada sentuhan inovasi menghadirkan produk turunannya berupa, tas, dompet, ikat kepala, sal, dan gelang, bisa mendatangkan tambahan pendapatan bagi pengrajin tenun ikat,” jelas Stenly.

Konsultan media Bank NTT ini mengatakan, selain harganya relatif terjangkau, produk turunan tersebut bisa menguasai dan memenuhi pasar kaum milenial. “Inovasi tersebut menjadi satu keharusan jika kita ingin masuk pada konsep pasar digital dan memenuhi permintaan pasar,” jelasnya.

Pimpinan Bank NTT Cabang Ende, Fransiskus Boli Tobi mengatakan, dalam program pendampingan desa, Bank NTT siap memfasilitasi kelompok tenun ikat untuk mengembangkan inovasi sehingga menghasilkan beragam produk tenun ikat.

“Kita siap membantu memfasilitasi inovasi pengembangan produk tenun ikat. Nantinya ada produk turunan berupa tas, dompet, sal, gelang dan ikat kepala. Bahkan produk turunan tersebut juga disertakan nama yang akan menjadi brand dan dikenal di pasaran,” jelas Frans Boli Tobi.

Langkah tersebut, kata Frans Boli Tobi, sebagai upaya membantu pengrajin tenun ikat dalam upaya meningkatkan pendapatan. Bantuan pengembangan inovasi untuk menghasilkan produk turunan lainnya.

Namun pengembangan atau inovasi harus diikuti dengan keseriusan dan kemauan yang kuat, sehingga bisa menghasilkan hal yang positif pula bagi kelompok pengrajin tenun ikat.

“Kita tentunya siap mendampingi dan membantu kelompok tenun ikat Ende mengembangkan inovasi baru. Langkah ini sebagai upaya meningkatkan pendapatan bagi para pengrajin tenun ikat. Syaratnya ada kemauan yang kuat untuk menghadirkan produk turunan, sesuai permintaan pasar dengan tetap mempertahankan motif sebagai ciri kas tenun Ende,” sebut Fransiskus Boli Tobi.

Pengembangan atau inovasi perlu dilakukan, karena dari sisi produksi sudah memenuhi standar. Tetapi dari sisi pendapat masih sangat jauh.

“Kalau dari sisi produksi dan permintaan pasar sudah memenuhi standar. Cuma perolehan pendapatan perlu dilakukan inovasi untuk menghasilkan produk turunannya. Sasaran kita sebelum masuk ke pasar digital harus miliki brand dan bisa memenuhi kebutuhan pasar. Di samping itu, dengan produk inovasi yang dihasilkan bisa merambah kelompok milenial. Dampaknya tentu ada peningkatan pendapatan dan pangsa pasar akan semakin luas,” ungkap Frans Boli Tobi. (*katantt.co)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.