Selain Berkebun dan Berternak, Biji Emas Jadi Sumber Penghasilan Masyarakat Noeltoko TTU
Kefamenanu, MITC – Masyarakat Desa Noeltoko, Kecamatan Miomaffo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara – NTT, mengisi keseharian mereka dengan mendulang bijih emas, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pekerjaan “mendulang emas” ini dilakukan di daerah aliran sungai (DAS), pada 2 sungai yang mengandung bijih emas di Desa Noeltoko, yakni sungai Noenoni dan Sungai Noeniti.
Kepada MITC, Marta Bifel, salah satu warga pendulang bijih emas, mengatakan bahwa pekerjaan tersebut dilakukan oleh segenap warga masyarakat Desa Noeltoko dengan teknik yang unik, dan dikerjakan ketika mempunyai waktu luang setelah mengerjakan pekerjaan pokok mereka sehari-hari yakni; berkebun dan berternak, dikarenakan pekerjaan tersebut sangat membantu perekonomian keluarga.
“Kita dulang saat tidak pi kebun atau su selesai kerja kebun. Kita pakai tacu untuk pisahkan lumpur dengan pasir, lalu lumpurnya dibuang bersama dan air. kalau ada emas dalam pasir yang kita dulang, pasti ada di dasar tacu karena emas berat. Kita pisahkan emas dari pasir, dan kumpulkan sedikit-sedikit sampai dia punya berat sampai ukuran gram. Lalu kita timbang di pedagang dengan 1 gram 600 ribu. ini sangat bantu kita untuk penuhi kita pu kebutuhan di dalam rumah “. tandas Bifel, dalam menjelaskan proses pendulangan bijih emas, ketika dikonfirmasi pada Senin (24/01/2022).
Harga bijih emas yang dijual oleh masyarakat Noeltoko tidak stabil, alias naik turun. Ketika diwawancarai, masyarakat setempat mengatakan harga bijih emas saat ini adalah sebagai berikut : 1 kaca dihargai Rp. 6.000, 00. 1 Milli Gram (Mg) dihargai Rp. 60.000, 00 . Sedangkan paling besar adalah 1 Gram (g) dihargai Rp. 600.000,00.
Di tempat lain, Paulus Yeremias Lelan mengatakan bahwa banyaknya bijih emas yang didapat dari hasil pendulangan sangat bervariasi pada setiap orang dan dikatakan bahwa pekerjaan tersebut membutuhkan kesabaran dan keuletan yang tinggi.
“kadang 1 minggu kita dapat 2 gram, kadang kalau kita rejeki kita bila dapat sampai 9 atau 10 sampai belasan gram. kadang kita dapat hanya beberapa kaca, bahkan kadangkala kita dalam 1 hari tidak dapat sama sekali. Kita harus sabar dan terus gali pasir dalam sungai yang mengalir, dibalik batu sekitaran sungai atau kolam – kolam yang dibentuk oleh sungai. Kita harus tetap semangat dalam mendulang ” Ungkap Yeremias.
Kepala Desa Noeltoko, Yasinta Leolmin, saat dikonfirmasi pada Selasa (25/01/2022) mengatakan pekerjaan tersebut sudah dilakukan oleh warga masyarakatnya sebagai mata pencaharian sampingan selain bertani, dan dilakukan oleh semua masyarakat terkecuali yang sudah lanjut usia.
“Pemerintah Desa belum punya program kerja yang mendukung pekerjaan masyarakat tersebut. Masyarakat sendiri mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk mendulang seperti tacu, linggis dan tempat simpan bijih emas. Hasil pendapatan dari pekerjaan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti membangun rumah dan berbagai kebutuhan hidup lainnya.”
Pemerintah Desa Noeltoko dan segenap warganya tidak berharap atau menolak adanya pertambangan emas di wilayahnya dikarenakan masyarakat wilayah tersebut meyakini akan terjadi musibah yang akan menimpa mereka apabila mereka merusak alam atau tidak menjaga keseimbangannya.
“Tahun 2017 lalu ada beberapa orang yang datang menawarkan untuk penggunaan alat berat dalam menambang emas namun kami menolak karena kami yakin akan membawa dampak buruk atau musibah bagi warga setempat kalau kita tidak menjaga keaslian alam”.tutup Yasinta.
Meskipun dengan peralatan sederhana seperti tacu dan linggis, serta butuh waktu yang lama untuk menghasilkan beberapa gram bijih emas dalam sebulan, masyarakat setempat tetap bersemangat dan ulet dalam melakukan pekerjaan tersebut karena mendukung kebutuhan ekonomi, serta tetap menolak adanya peralatan yang lebih canggih yang dapat mempermudah pekerjaan tersebut, karena ingin tetap menjaga keseimbangan alam. (*TB/AAT)