Spirit Golkar Nan Tak Kunjung Padam
Oleh Tony Kleden
Ini bukan puja-puji. Bukan soal survey yang terkadang juga hasil pesanan. Apalagi tafsiran sesat sebagai pencitraan. Ini murni kemanusiaan. Panggilan kemanusiaan. Datangnya dari nurani bening.
Panggilan nurani bening itu sangat kasat mata terlihat di Partai Golkar di NTT kurang lebih lima, enam bulan terakhir. Baik Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar NTT maupun DPD II Golkar di semua kabupaten.
Menjelang akhir tahun lalu, bertepatan dengan HUT Partai Golkar, DPD I Golkar NTT menyelenggarakan sayembara menulis. Pesertanya khusus kalangan jurnalis. Pekerja media ini menulis apa saja. Tentang dan terkait Partai Golkar. Perspektifnya macam-macam.
Medio Januari 2021 grafik penyebaran Covid-19 di NTT menuju puncak. Warga dan semua elemen masyarakat nyaris putus asa. Pasrah diri menerima nasib. Semangat dan harapan massa ketika itu sedang berada di titik nadir terendah. Cemas, takut dan gunda gulana menghadapi pandemi yang lebih tenar dengan sebutan corona ini. Ketika mobil jenazah membelah kesunyian pertanyaan cuma satu, siapa lagi korban corona? Semua resah.
Di tengah psikologi masyarakat seperti itu Partai Golkar NTT tampil. Menyelenggarakan “Sayembara Menulis Gagasan Konkrit Pencegahan dan Penanganan Covid-19”. Meminta masyarakat menyumbang gagasan konkrit yang bisa diadopsi dan mudah diterapkan melawan corona.
Ini ide gila. Gila karena masyarakat diminta menyumbang masukan, baik itu gagasan konkrit, juga pengalaman nyata dan terutama praktek cerdas bagaimana melawan Covid.
Hasilnya mengagumkan. Cuma dalam seminggu lebih sebanyak 725 karya masuk ke panitia. Dari NTT dan luar NTT. Tim juri yang menilai hasil karya ini bukan sembarang orang. Mereka punya nama beken. Ahli di bidangnya. Datang dari berbagai kalangan. Dari profesor hingga aktivis lapangan. Dari dosen ilmu politik hingga pendeta dan pastor. Dari jurnalis hingga polisi.
Golkar tidak berhenti dengan sayembara menulis gagasan kreatif dan praktek cerdas. Setelah menulis, Golkar ingin rakyat berbicara. Berbicara langsung melalui rekaman video pendek yang juga dilombakan. Isinya pesan, masukan, kritikan, pengalaman, praktek yang bisa dilakukan untuk melawan corona.
Mau tahu hasilnya? Sangat mengejutkan! Dalam rentang waktu enam minggu, sebanyak 6.180 video yang masuk ke panitia. Dari NTT, luar NTT, juga luar negeri.
Saat partai paling tua yang makin kuat mengakar ini mulai jalan dengan Satgas Covid-19 di seluruh Indonesia, bencana menimpa NTT. Banjir bandang, tanah longsor, badai siklon yang dibaptis dengan nama Badai Seroja menggoyang NTT. Waktunya nyaris bersamaan. Mulai Minggu (4/4/2021) malam hingga Senin (5/4/2021) pagi.
Ratusan nyawa terenggut. Mati berkalang tanah. Rumah-rumah penduduk rebah mencium bumi. Banyak yang tinggal fondasi. Banyak juga yang hilang tanpa jejak. NTT berduka. Flobamorata menangis.
Situasi jadi ‘chaos’. Jaringan telepon putus total. Listrik juga sama. Mati total. Tetapi Partai Golkar tidak mati. Partai paling tua ini bertindak cepat. Hari Senin (5/4/2021) sore, dengan telepon tanpa sambungan, Ketua DPD I Golkar NTT, Emamuel Melkiades Laka Lena, memimpin rapat. Agendanya cuma satu. Apa yang dilakukan segera? Hasilnya Satgas Siaga Bencana Golkar langsung bergerak.
Sejak Selasa (6/4/2021) pagi hingga Sabtu (10/4/2021) di DPD I Golkar NTT dibuka dapur umum. Generator set (Genset) dihidupkan. Bubur kacang ijo didrop ke tempat-tempat penampungan sementara di Kota Kupang. Petugas-petugas yang sibuk membersihkan jalan umum, petugas PLN yang membenahi kabel-kabel yang rebah di tanah dibagi kacang ijo. Gratis.
Kantor DPD I Golkar NTT jadi sibuk. Ramai sepanjang hari. Ramai dengan mereka yang datang mengisi baterai HP dan laptop. Ramai dengan para mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas-tugas kuliah online. Ramai juga dengan warga yang datang meminta bantuan.
Di Flores Timur, Yoseph Sani Betan, ST, Ketua DPD II Golkar Flotim malah lebih gesit. “Hari Senin, 5 April 2021, Golkar Flotim sudah buka posko di Desa Nele Lamadike, Kecamatan Ile Boleng, dan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur. Posko juga kita buka di Oyang Barang, Kecamatan Wotan Ulumado,” tutur Nani Betan, sapaan akrab Yoseph Sani Betan.
Nani Betan memimpin pasukan lapangan Satgas Bencana Golkar Flotim dengan kecepatan tinggi. Koordinasi dari Larantuka ke desa-desa titik bencana jalan terus. “Semua pengurus Golkar dari kabupaten hingga kecamatan dan desa bergerak. Sebelum pemerintah datang, kita sudah ada. Posko juga Golkar yang pertama buka,” cerita Nani Betan.
Mantan Ketua DPRD Flotim itu juga punya kisah heroik. Hari kedua setelah banjir menyapu Waiburak, Adonara Timur dan tanah longsor mengubur Nele Lamadike, Nani hendak memimpin kru Golkar hendak mengantar bantuan ke Adonara.
Tetapi apa lacur. Syahbandar tidak mengizinkan pelayaran. Alasannya, cuaca belum aman. Tidak ada motor laut yang menyeberang ke Adonara.
“Bagaimana caranya ke Adonara? Saya akhirnya pakai motor ipar punya. Dengan sedikit memaksa, saya minta syahbandar beri izin. Izin diberikan dan saya menyeberang ke Adonara bawa bantuan. Nah, di atas motor itulah anggota tentara dan Polisi juga menumpang ke Waiwerang,” tutur Nani.
Di hari-hari ini ketika Anda membaca tulisan ini, bantuan Golkar Peduli Bencana di seluruh NTT tengah bergerak menuju warga korban terdampak bencana. Di Flores menuju Adonara dan Lembata. Di Sumba menuju Sumba Timur. Di daratan Timor hampir semua kabupaten disasar, kecuali Belu dan Timor Tengah Utara yang dampaknya tidak terlalu parah.
Apa yang dilakukan DPD I Golkar NTT dan DPD II Golkar Flotim adalah bukti sahih bagaimana Golkar selalu menunjukkan kedekatannya dengan rakyat. Merujuk pada sejarahnya, akar Golkar memang menghujam jauh ke setiap situasi faktual masyarakat. Saat corona menyerang, Golkar hadir di tengah masyarakat. Tatkala seroja meluluhlantakkan Kota Kupang, Rote Ndao dan Sabu Raijua, Golkar hadir. Tatkala banjir bandang menyapu dan menyeret anak manusia di Adonara, Lembata, Alor, Sumba Timur, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Malaka di sana Golkar juga hadir.
Kehadiran Golkar di tengah masyarakat tak lain merupakan pengejawantahan solidaritas dan soliditasnya dengan rakyat. Dengan selalu hadir di tengah situasi faktual masyarakat, Golkar sebenarnya hanya ingin menunjukkan seperti apa spirit, bagaimana filosofi dan sekuat apa visi dan misi partai politik di masyarakat.
Apa guna memenangkan pemilu, apa guna mempunyai banyak kursi di parlemen tetapi tidak punya spirit, tidak memiliki nyawa dan tidak mampu merasakan debar-debar pergulatan hidup masyarakat? Dalam hal terakhir ini, Golkar menjawab tegas dengan aksi, bukan narasi. Dengan terjun di tengah masyarakat, bukan menonton dari kantor partai.
Begitulah Golkar. Spirit nan tak kunjung padam. Makin tua makin mengakar. Makin mengakar makin merambat.