Kemitraan GKS dan Uniting Church Australia Dihidupkan Kembali: Misi Bersama untuk Karya Pelayanan
Waingapu, MITC – Hubungan kemitraan antara Gereja Kristen Sumba (GKS) dan Uniting Church in Australia (UCA) resmi dihidupkan kembali setelah hampir tiga dekade vakum sejak tahun 1995. Kunjungan delegasi UCA ke Kantor Sinode GKS pada 7–9 Juli 2025 menjadi titik awal dari pemulihan relasi historis yang sempat terhenti.
Delegasi UCA yang hadir dalam kunjungan tersebut antara lain: Peter James Keegan, Nilmini Sureka Goringe, Ni Luh Debora Moerthy, dan Apwee Ting. Mereka diterima secara resmi oleh Badan Pelaksana Majelis Sinode (BPJS) Gereja Kristen Sumba dalam suasana penuh kekeluargaan dan semangat persaudaraan.
Dalam pertemuan itu, kedua gereja menyepakati sebuah Perjanjian Kemitraan sebagai dasar kerjasama pelayanan ke depan. Fokus kemitraan ini adalah kesatuan iman dalam Kristus, misi Allah, serta kepedulian terhadap keadilan sosial dan isu kemanusiaan di kawasan Oceania.
Ketua Sinode GKS, Pdt. Marlin Lomi, S.Th., menegaskan bahwa relasi ini bukan sekadar kilas balik sejarah, tapi juga merupakan langkah iman yang segar dan relevan dengan tantangan zaman.
“Kita melihat kembali jejak sejarah yang kaya dan ingin melangkah bersama dalam semangat baru, untuk membangun gereja yang peduli, inklusif, dan misioner,” ujar Pdt. Marlin.
Kemitraan ini mencakup berbagi informasi dan sumber daya, pertukaran pendeta, kolaborasi pendidikan teologi, serta pendampingan jemaat diaspora yang tersebar di luar negeri. Delegasi UCA juga menyampaikan komitmen untuk tidak membangun gereja baru di wilayah mitra, melainkan mendorong integrasi dan penguatan jemaat yang sudah ada.
Direktur Nasional UnitingWorld, lembaga misi internasional milik UCA, menyambut positif kebangkitan kemitraan ini dan menegaskan pentingnya membangun hubungan gerejawi yang setara, saling menghormati, dan kontekstual.
Kehadiran kembali Uniting Church dalam ruang pelayanan GKS menjadi harapan baru bagi pelayanan lintas negara yang lebih erat, khususnya dalam menjawab isu-isu global seperti keadilan sosial, perubahan iklim, dan keberlanjutan pelayanan gereja di tengah dunia yang terus berubah. (*okta/aat)