PT Talasi dan Bank NTT Hadirkan Aplikasi Transparan Bagi Petani, Begini Kata Gubernur VBL

Waitabula, MITC – Berlangsung di kawasan produksi PT. Talasi Tru Origin, yang berlokasi di Jl. Rumah Budaya Wee Londa, Kecamatan Kota Tambolaka, Sumba Barat Daya, Senin (19/12) siang, berlangsunglah penandatanganan Kesepahaman Bersama antara PT. Talasi Tru Origin dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur.

Hadir saat itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), Wagub Josef Nae Soi, Kapolda NTT, Irjen Pol Johny Asadoma, Danlanud El Tari Kupang, Marsma TNI Aldrin Petrus Mongan, Kasrem 161/Wira Sakti Kupang, Kol Inf Simon Petrus Kamlasi, serta seluruh bupati, dereksi dan komisaris Bank NTT serta setidaknya ratusan undangan.

Dari pihak Talasi, hadir dan menandatangani dokumen MoU, Alisjahbana Haliman, selaku CEO, sedangkan Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, atas nama Bank Pembangunan Daerah NTT. Adapun MoU dimaksud mengatur tentang Project Application Programming Interface bersepakat dalam mengintegrasikan sistem aplikasi yang dimiliki oleh masing-masing pihak sehingga mempermudah proses transaksi dan pembayaran para petani dan atau user dari aplikasi milik PT. Talasi Tru Origin.

Alisjahbana Haliman saat itu menegaskan bahwa pihaknya bekerjasama dengan Bank NTT untuk menciptakan aplikasi. “Nah aplikasi ini nantinya akan dipakai oleh petani untuk menjual hasil panennya ke Talasi. Jadi dengan website ini akan terbaca bagaimana transaksi kita dengan petani. Benar nggak kita beli dari petani. Kita bisa tekan harganya dan ada data transaksinya, track record-nya,”tegas Alisjahbana.

Masih ditambahkannya, ketika pihaknya bertemu dengan Dirut Alex untuk menyampaikan hal ini, sangat diterima baik. “Saya saat bertemu dengan Pak Alex, beliau begitu antusias untuk bekerjasama. Nah ini perlu kami sampaikan,”ujarnya.
Usai penandatanganan MoU dengan Bank NTT, dilanjutkan dengan penandatanganan MoU antara Pemerintah Provinsi NTT dengan PT. Talasi Tru Origin, yang mana Gubernur Viktor atas nama Pemprov NTT menandatangani kerjasama ini. Adapun kesepakatan ini adalah tentang budidaya pengolahan hasil pertanian jambu mente dan kedua, penandatangana kesepakatan bersama tentang pengembangan dan pengelolaan hasil hutan bukan kayu dengan pola agroforestry.

Sebelumnya, ketika menerima rombongan, Alisjahbana menjelaskan mengenai keberadaan PT Talasi di Tambolaka. Bahwa mereka sudah hadir selama tiga tahun terakhir dan dalam masa itu, mereka sudah banyak berbuat. Diantaranya membeli hasil bumi yang diproduksi masyarakat seperti jambu mente yang kemudian diolah menjadi beraneka produk turunan. Di lokasi ini, kita bisa menemukan susu mente, begitu pula buahnya diolah lagi menjadi beraneka produk. Ada juga tanaman kopi serta lokasi khusus roasting kopi khas Sumba. Tak hanya itu, mereka pun memproduksi minyak serai dan masih banyak lagi. Rombongan gubernur dan para bupati, diajak berkeliling ke lokasi-lokasi sentra produksi untuk melihat dari dekat pengolahan minyak sereh dan lainnya. Juga ada penanaman secara simbolis aneka tanaman produksi.

Sementara Gubernur Viktor saat itu menyentil tata cara bertani kebanyakan masyarakat. Diakui bahwa masih banyak yang bertani dengan menggunakan cara-cara tradisional dan menerapkan pola bertani ala manusia purba. Tak hanya itu, dia menyebut, ada cara berikut yakni dengan menggunakan teknologi, mekanisasi alat-alat pertanian, maka itu berarti sudah naik kelas. Dan sudah ada kemajuan ketika ada hasil pertanian yang dibeli, lalu dijual kembali ke pihak-pihak yang membutuhkan hasil pertanian tersebut.

“Nah ini kita kenal dengan bursa komoditi. Bursa komoditi ini untuk memantau perdagangan dari seluruh komoditi dari pertanian. Itu level kedua. Naik lagi, prosesing terhadap hasil pertanian. Jadi tanpa sadar kita hari ini kita sedang naik ke level tiga, yakni prosesing industri.,”tegasnya.

Dikatakannya, kita memerlukan proses tersebut walau masih berskala kecil, karena untuk memulai sesuatu yang besar harus dari yang kecil. Dan butuh fondasi yang kuat. Diakui kehadirannya bersama Forkopimda semata-mata untuk saling terikat secara moral agar nantinya kedepan pihak-pihak yang bekerjasama lebih bertanggungjawab lagi.

“Memang seara hukum ada dokumen yang ditandatangani, namun secara moral, ada kepastian bahwa ada seorang relasi yang memiliki visi serta networking yang baik, mau datang dan menjalin kerjasama secara serius di NTT, untuk mendesain apa yang kita makan dan minum serta pakai, berasal dari NTT,”tegas VBL. (*mediator)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.