Catatan Akhir Tahun Golkar NTT: Pendidikan Politik Siapkan Kader

Kalender tahun 2021 tinggal menunggu hari untuk segera diganti. Tualang panjang 365 hari di tahun 2021 akan segera berakhir. Sebagai sebuah partai besar, Golkar NTT telah banyak menoreh aksi humanis, mengukir prestasi, merengkuh simpati dan mewarnai sejarah politik di NTT. Capaian itu galibnya merupakan pengejawantahan hakikat Golkar sebagai sebuah partai. Partai yang kehadiran dan keberadaannya semata-mata untuk menyuarakan kepentingan publik. Beberapa capaian itu dikemas menjadi catatan akhir tahun Tim Media Partai Golkar NTT sebagai wujud pertanggungjawaban moral dan politik untuk masyarakat NTT.

Aksa Yuniorita Blegur naik ke podium di Aula Hotel T-More, Kupang, Selasa (7/12/2021) pagi. Di hadapan semua yang hadir, anak muda dengan sapaan Nita Blegur ini melaporkan rangkaian short course bertajuk Dikpol dan Kebijakan Publik Partai Golkar 2021.

Sebagai Ketua Panitia Dikpol dan Kebijakan Publik Partai Golkar, Nita menjelaskan bahwa semua peserta adalah sarjana strata 1 (S1). Sontak saja tepuk tangan memecah keheningan. Itu tepuk tangan bangga pada acara pembukaan dikpol selama tiga hari itu. Bangga karena ke-60 peserta dikpol yang digelar Golkar Institute Pusat bekerja sama dengan Golkar Institute NTT itu adalah kalangan milenial yang sudah melewati jenjang perkuliahan di perguruan tinggi. Dengan begitu, 60 peserta hasil seleksi ketat itu boleh disebut sebagai kalangan medioker yang melalui pertimbangan matang dan kesadaran penuh bergabung di Golkar.

Kebanggaan itu diungkap juga beberapa peserta dikpol. Suhardin Ndung, peserta dari Manggarai Barat, sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Partai Golkar yang sudah mempercayakan kaum milenial mendapat pendidikan dasar dan mengetahui lebih dalam bagaimana berpolitik dengan baik dan bagaimana meyakinkan masyarakat dalam karya.

“Saya sangat bangga mendapat kesempatan ini, apalagi dikpol ini dihadiri langsung oleh senior politik Partai Golkar, Bapak Akbar Tandjung. Momen ini sangat berkesan, Bapak Akbar langsung membawakan materi bagaimana perjalanan Golkar dulu hingga kini, dan apa yang dilakukan kader-milenial untuk tetap mempertahankan Partai Golkar,” kata Ndung.

Eman Tukan dan Vian Kewohon dari Flores Timur juga senada dengan Ndung, Dua kader milenial Golkar Flores Timur ini bangga bisa bertatap wajah dengan Akbar Tandjung, tokoh yang membuat mahasiswa mesti memendam rindu untuk bertemu.

“Ilmu, pengetahuan, juga keterampilan yang kami dapat ini sangat mahal. Mahal karena membuka wawasan kami tentang politik, memberi pemahaman kepada kami bagaimana menjadi pemimpin, bagaimana mesti tampil di depan publik. Terima kasih Partai Golkar. Luar biasa,” kata Vian.
Eduard Lorensfasius juga punya kesan yang sama. Ketua Yayasan Tunas Muda Indonesia (YTMI) Kabupaten Sumba Barat Daya ini sangat mengapresiasi Dikpol Partai Golkar itu.

“Ini merupakan kesempatan yang luar biasa, apalagi tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang luar biasa ini untuk belajar bagaimana menjadi milenial yang potensial dan juga menjadi seorang pemimpin yang baik ke depan. Kami sangat berterima kasih kepada penyelenggara yakni DPP, DPD I dan juga DPD II Golkar Kabupaten Sumba Barat Daya yang mengutus saya untuk belajar bagaimana semestinya berpolitik,” kata Eduard.

Para peserta pantas bangga. Terutama karena materi dikpol itu dibawakan pemateri yang sudah punya nama dengan jam terbang tinggi di praksis politik dan bidang keilmuan mereka. Mereka di antaranya Dr. Ir. Akbar Tandjung, Erwin Aksa, Dr. Ace Hasan Syadzily, Puteri Komarudin, Mulya Armi, Andini Efendy, Melki Laka Lena, Herman Heizar.

Nama-nama ini dari Golkar pusat. Akbar Tandjung sudah sangat terkenal. Di Golkar, Akbar Tandjung itu mahaguru. Namanya sudah menyatu dengan sejarah Golkar sejak pergolakan dari Orde Lama ke Orde Baru, dan kemudian menghantar Golkar pada masa transisi dari Orde Baru masuk ke Orde Reformasi menjadi Partai Golkar.

Betul kata Dr. Acry Deodatus, Ketua Golkar Institute NTT. “Tanpa Akbar Tandjung, Partai Golkar tidak ada,” tegas Dr. Acry Deodatus ketika memberi testimoni tentang Akbar Tandjung, mantan menteri masa Orde Baru, mantan Ketua DPR RI (1999-2004) hasil pemilu pertama pada Orde Reformasi.
Sementara Dr. Ace Hasan Syadzily adalah Ketua Golkar Institute Pusat yang juga Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI.

Sama seperti Dr. Ace, Puteri Komarudin juga anggota DPR RI Fraksi Golkar. Ini anak mudah kelahiran 1993, jebolan Universitas Melbourne, Australia. Kehadiran Putri di DPR RI kuat menandai bahwa kalangan milenial sangat familiar dengan Golkar dan sebaliknya juga pintu Golkar terbuka lebar untuk kalangan milenial.

Kalau Mulya Amri adalah doktor di bidang kebijakan publik lulusan National University of Singapore. Mulya adalah mentor di Golkar Institute Pusat yang piawai mengelola pelatihan dalam suasana sersan, serius tapi santai.

Sedangkan Andini Efendy tak lain adalah penyiar di salah satu televisi nasional. Bagaimana mesti tampil dan berbicara di depan publik, Andini jagonya.

Kalau Melki Laka Lena semua peserta lebih dari kenal. Ketua DPD Golkar NTT ini selalu tampil dengan jiwa mudanya memimpin Partai Golkar NTT. Partai sekelas Golkar jadi begitu cair oleh gaya kepemimpinan Melki Laka Lena. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI yang kondang dengan tagline MLL ini mampu menjembatani kalangan senior dan milenial di Golkar NTT.

Tampil juga tiga pemateri dari NTT, yakni Dr. Rudi Rohi, dosen ilmu politik di FISIP Undana. Rudi terkenal dengan analisis politiknya yang bernas dan tajam.

Juga Pater Yul Yasinto, SVD, M.Sc, ahli Social Policy dari London University. Pengalamannya dua periode menjadi Rektor Universitas Katolik Widya Mandira Kupang amat relevan dengan materi yang dibawakannya.

Dikpol jadi komplit dengan tampilnya Bupati Belu, dr. Agustinus Taolin. Praktek dan pengalaman mengelola pemerintahan membuka wawasan sekaligus mencerahkan para peserta.
Nama-nama pemateri ini sengaja disebut untuk memastikan bahwa mereka ini ahli di topik yang mereka bawakan. Juga piawai di panggung politik yang mereka geluti. Keahlian dan keterampilan mereka itu sangat bermanfaat bagi para peserta.

Demikianlah dengan dikpol di Golkar Institute, Partai Golkar mendidik, melatih dan menyiapkan para kader untuk memiliki bekal ketika nanti terjun di panggung politik, baik sebagai anggota DPR(D) maupun kepala daerah. Seperti dikatakan Dr. Ace, Golkar Institute didesain sebagai sebuah inovasi baru bagi Partai Golkar dalam rangka meningkatkan kualitas dan kapasitas kader terhadap pentingnya pendidikan serta ide untuk perkembangan partai menghadapi transformasi zaman.

Menurut Dr. Ace, dengan hadirnya Golkar Institute, Partai Golkar telah melaksanakan dua fungsi utama dari sebuah partai politik itu sendiri, yaitu fungsi pendidikan politik dan fungsi rekrutmen politik.

Dari segi pendidikan politik, Golkar Institute menjadi wujud tanggung jawab Partai Golkar kepada seluruh kader akan pentingnya pendidikan, inovasi dan ide untuk mendorong perkembangan partai politik dan negara. Dari segi rekrutmen politik, hadirnya Golkar Institute diharapkan dapat menjadi pusat rekrutmen politik yang efektif guna menghasilkan kader-kader calon pemimpin yang memiliki kemampuan di bidang sosial, politik dan ekonomi.

Menurut Dr. Ace, dua fungsi utama partai politik itulah yang selama ini tidak dilihat dari partai lain. Tak ayal, ada stigma yang didapat dari masyarakat bahwa partai politik sekarang cenderung abai terhadap kedua hal tersebut.

“Seringkali partai politik tidak memberikan pendidikan politik yang baik bagi kadernya secara khusus dan bagi masyarakat secara umum. Partai Golkar sangat konsisten untuk memberikan pendidikan yang baik bagi kadernya,” tandas Ace.

Kurangnya pendidikan politik bagi kader partai politik, kata Ace, berakibat tidak kompetennya kader saat menduduki jabatan-jabatan politik strategis yang ada. Alhasil, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sering tidak maksimal. Bahkan puncaknya banyak politisi yang terjerat kasus korupsi akibat tidak mempunyai bekal pendidikan politik yang baik di partainya.

Dari segi rekrutmen politik, jelas Ace, selama ini mayoritas partai cenderung menunjukkan proses rekrutmen yang tidak ideal. Rekrutmen politik dimaknai mayoritas partai sebagai kepentingan jangka pendek saja sehingga seringkali ditemukan dalam proses kandidasi mereka mengedepankan popularitas dan elektabilitas dari calon yang akan mereka usung dibanding kualitas calon.

Ace memastikan pendidikan politik yang baik di suatu partai akan berbanding lurus dengan output dari rekrutmen politik yang baik juga sehingga muncul banyak kader berkualitas dari tubuh internal partai dengan kemampuan yang mumpuni.

Dalam kesadaran seperti itulah, Golkar sangat serius dengan pendidikan politik. Golkar ingin kader-kader yang diusung dalam setiap hajatan politik adalah kader dengan kualitas teruji, kapasitas oke, kompetensi mumpuni dan wawasan luas.

Kalau politik bisa dimengerti sebagai panggung pertarungan gagasan, pengujian integritas politisi dan pembuktian passion orang-orang yang ingin bertarung di ruang politik, maka Golkar ingin kader-kadernya yang maju adalah kader-kader berkarakter kuat, berintegritas moral baik, dengan warna dan garis ideologi tegas dan jelas.

Golkar ingin kader-kadernya yang maju bukan kader-kader yang sekadar mencari pekerjaan untuk hidup di panggung politik, tetapi sebaliknya menjadikan politik sebagai ajang dan panggung mengartikulasikan kepentingan masyarakat banyak.

Kalau politik bisa juga dibaca sebagai ruang internalisasi nasionalisme, maka Golkar ingin para kadernya menjadikan nasionalisme tidak sekadar doktrin tanpa makna, tetapi sebagai perilaku politik yang inheren dan melekat dalam diri dan nubari.

Berbangga dan berbahagialah mereka yang bergabung di Partai Golkar. Berbangga dan berbahagialah siapa saja yang menjadikan Partai Golkar tempat berteduh di jagat politik yang bergemuruh dengan saling sikat dan sikut di antara para petualang politik. Berbangga juga mereka yang sudah mengenyam dikpol ala Golkar.

Benar kata Dr. Inche Sayuna kepada para peserta ketika menutup dikpol itu. “Dalam proses jenjang pengkaderan Partai Golkar itu, kalian berada di sebuah fase pengkaderan tertinggi, karena dipersiapkan untuk jadi pemimpin. Tidak ada sekolah untuk menjadi pemimpin. Mau S2, S3, dari dalam negeri atau dari luar negeri, kalau tidak pernah mengikuti kegiatan ini kalian tidak bisa menjadi pemimpin yang baik. Jadi hari ini Golkar punya 60 kekuatan orang muda yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan. Tetap menjadi pribadi yang baik dan berkompeten,” kata Inche, Sekretaris Golkar NTT dan juga Wakil Ketua DPRD NTT. (*Tony Kleden/TMPG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.