PERSOALAN TENTANG MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Oleh Salvator D.B. Ndun

Mahasiswa Fakultas Filsafat Agama

Manusia merupakan makhluk berakal budi. Dengan akal budi yang ada pada dirinya, manusia mampu melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas. Selain itu, dengan akal budi yang ada pada dirinya, manusia mampu memahami setiap fenomena alam yang terjadi, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Akal budi membantu manusia untuk terus berfikir tentang suatu konsep yang didasarkan pada hasil refleksi kritis dari setiap objek yang dilihatnya. Dalam kajian ilmu filsafat, Aristoteles menyebut manusia sebagai “animal rationale” yaitu karena menurutnya ada perkembangan yang terjadi pada diri manusia. Pendasaran ini membawa pengaruh yang cukup besar pada struktur realitas yang terbentuk, karena manusia sebagai ‘peran utama’ di dalamnya. Selain Aristoteles, Thomas Aquinas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia mempunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Tuhan. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Tuhan (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Kemampuan dalam diri manusia sering kali tidak disadari akan efek atau dampak pada lingkungannya. Dalam artian ialah, karena sebagai makhluk yang mempunyai ‘anugerah’ terbaik dari segala makhluk, menjadikan dirinya atau mengklaim bahwa manusia merupakan pusat dari alam semesta (realitas). Secara umum, lingkungan menjadi ruang bagi semua makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang termasuk kita manusia. Tidak hanya memberikan ruang, tetapi juga selalu memberikan sumber hidup tanpa pamrih dan ikhlas kepada kita.

Salah satu bentuk persoalan yang terus diperbincangkan hingga hari ini yaitu tentang kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh manusia. Kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang harus tetap diperhatikan. Kita sendiri tentunya menyadari dengan pasti tentang akan hal ini. Hal utama yang mendorong terjadinya kerusakan lingkungan disebabkan oleh sifat manusia yang ingin mengusai bumi dengan cara mengeksploitasi alam sebanyak- banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang akal ditimbulkan dari hal tersebut. Padahal kita sendiri tahu bahwa lingkungan memberikan kepada kita sumbangan yang begitu besar bagi kelangsungan hidup manusia. Di sini lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting yang mana lingkungan menjadi paru-paru bagi dunia.

Secara pasti, kita mengetahui bahwa pada dasarnya alam semesta ini merupakan  rumah bersama atau lingkungan hidup bersama (oikoumene), sumber kehidupan dan kesejahteraan bersama (oikonomia ) bagi seluruh ciptaan baik organisme  (mahluk  hidup)  dan  anorganisme  (benda-benda  tidak  hidup). Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, termasuk manusia,  berupa  benda, daya dan keadaan yang mempengaruhi kelangsungan makhluk hidup,  baik langsung maupun tidak langsung. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup (biotik) seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun yang  tidakhidup (abiotik) sepertitanah, air dan udara yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Manusia bersama dengan ciptaan yang lain merupakan  bagian dari  lingkungan hidup dan keduanya mempunyai hubungan timbale balik yang amat erat. Lingkungan hidup menyediakan berbagai kebutuhan manusia, menentukan dan membentuk kepribadian, budaya, pola, dan model kehidupan masyarakat. Sedangkan manusia dengan segala kemampuannya  dapat menentukan dan mempengaruhi perubahan-perubahan dalam lingkungan hidup.  Jika manusia mampu hidup selaras dan seimbang dengan lingkungan hidup, kehidupannya dan kehidupan makhluk lain pun akan berlangsung dengan baik.

Namun persoalan tentang kerusakan lingkungan, terus saja dilakukan oleh manusia. Berbagai perusakan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan dua faktor, yakni peristiwa alam dan ulah manusia tak bertanggungjawab. Sebagian masalah kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup ada berbagai bentuk, di antaranya  kerusakan ekosistem, pencemaran (air, tanah, udara, hutan) dan budaya buang sampah di mana-mana.

  • Ekploitasi Alam

Alam ini sedang menjerit kerusakan. “Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena tanpa tanggung jawab kita menggunakan dan menyalah-gunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya. Kita bahkan berpikir bahwa kitalah pemilik dan penguasanya yang berhak untuk menjarahnya. Kekerasan yang ada dalam hati kita yang terluka oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala penyakit yang kita lihat pada tanah, air, udara dan pada semua bentuk kehidupan. Oleh karena itu bumi, terbebani dan hancur, termasuk kaum miskin yang paling ditinggalkan dan dilecehkan oleh kita.

 

  • Ada Pencemaran Lingkungan

Ada beberapa bentuk pencemaran laingkungan yang dialami orang setiap hari. Polusi udara mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin, dan menyebabkan jutaan kematian dini. Orang jatuh sakit, misalnya, karena terus menghirup asap bahan bakar yang digunakan untuk masak atau pemanasan rumah. Ada lagi polusi yang mempengaruhi semua orang, yang disebabkan oleh transportasi, asap industri, zat yang memberikan kontribusi pada pengasaman tanah dan air, pupuk, insektisida, fungisida, herbisida dan agrotoxins pada umumnya. Teknologi yang, dalam kaitan dengan kepentingan bisnis, menawarkan diri sebagai satu-satunya cara untuk memecahkan masalah-masalah ini, pada kenyataannya, biasanya tidak mampu melihat jaringan hubungan yang tersembunyi antara banyak hal, lalu kadang-kadang memecahkan satu masalah hanya untuk menciptakan yang lain.

Juga perlu diperhitungkan pencemaran yang disebabkan limbah, termasuk limbah berbahaya yang hadir dalam pelbagai daerah. Setiap tahun dihasilkan ratusan
juta ton limbah, yang sebagian besar tidak membusuk secara biologis: limbah domestik dan perusahaan, limbah pembongkaran bangunan, limbah klinis, elektronik dan industri, limbah yang sangat beracun dan radioaktif. Bumi, rumah kita, mulai makin terlihat sebagai sebuah tempat pembuangan sampah yang besar. Di banyak tempat di dunia, orang lansia mengeluh bahwa lanskap yang pernah indah sekali sekarang ditutupi dengan sampah. Limbah industry maupun bahan kimia yang digunakan di kota dan daerah pertanian dapat menyebabkan akumulasi dan kerusakan pada organisme penduduk lokal, juga bila kadar racun di tempat itu masih rendah. Sering kali baru diambil tindakan ketika kerusakan permanen kesehatan masyarakat telah terjadi.

Banyak zat beracun yang tertabur di “rumah besar kita” – di bumi pertiwi ini. Modernisasi dan kemajuan teknologi di dalam kehidupan telah menyebabkan pencemaran udara yang serius. Mata rantai hubungan timbal-balik antara komponen biosfir mengalami gangguan keseimbangan. Akibatnya ialah eksistensi biosfir yang menjadi tempat kehidupan manusia, menjadi terancam oleh krisis ekologis dalam wujud kerusakan lingkungan.

 

  • Membuang Sampah

Masalah-masalah ini berkaitan erat dengan budaya ‘membuang’ yang menyangkut baik orang yang dikucilkan maupun barang yang cepat disingkirkan menjadi sampah. Hendaknya kita menyadari, misalnya, bahwa sebagian besar kertas yang diproduksi, terbuang dan tidak didaur ulang. Sulit bagi kita untuk mengakui bahwa cara kerja ekosistem alamiah memberi kita teladan: tanaman menyatukan pelbagai bahan yang memberi makan kepada herbivora; mereka ini pada gilirannya menjadi makanan bagi karnivora, yang menghasilkan berlimpah sampah organic untuk menumbuhkan generasi baru tanaman. Tetapi sistem industri kita, di akhir siklus produksi dan konsumsi, belum mengembangkan kapasitas untuk menyerap dan menggunakan kembali limbah serta produk sampingan. Kita belum berhasil mengadopsi model produksi yang melingkar, yang mampu melestarikan sumber-sumber daya untuk generasi sekarang dan masa depan, dengan membatasi sebanyak mungkin penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan, meminimalkan penggunaannya, memaksimalkan penggunaan yang efsien, dengan cara penggunaan kembali dan daur ulang. Memberi perhatian serius kepada masalah-masalah ini menjadi salah satu cara menangkal budaya ‘membuang’ yang akhirnya mempengaruhi seluruh planet. Namun kita harus mengakui bahwa kemajuan dalam hal ini masih jauh dari cukup.

 

SUMBER BACAAN :

Modul Mata Kuliah Ekoteologi ( Romo. Oktovianus Naif,Pr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.