Napan, Desa Binaan Bank NTT di Perbatasan RI-RDTL yang Kaya akan Aneka Produk
Kefamenanu, MITC – Pada Kamis 17 November juri festival desa binaan Bank NTT, Stenly Boymau berkunjung ke Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten TTU. Napan adalah satu dari empat desa lainnya yang menjadi peserta Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD tahun 2022. Setibanya di lokasi, Kamis petang, puluhan warga sudah menanti. Hadir Marselus Siki, kepala desa setempat, Antonius Anton yang adalah pemilik IKM Suka Maju Desa Napan serta beberapa tokoh masyarakat dan tokoh adat.
Juri disambut secara adat di halaman rumah Antonius Anton yang merupakan pusat penjualan hasil produksi warga Desa Napan, dikalungi selendang, serta dilanjutkan dengan prosesi sapaan secara adat. Dalam sapaannya, Kades Marselus Siki menyampaikan selamat datang dan juga berterimakasih atas dipilihnya Napan menjadi peserta dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Bank NTT ini.
“Kontribusi Bank NTT benar-benar nyata bagi kami, karena beberapa saat yang lalu, desa ini menjadi sebuah perkampungan yang kumuh dan terkesan terpencil, namun setelah Pak Jokowi membangun PLBN disini, ditambah lagi dengan Bank NTT yang mendampingi sehingga Napan kini sudah semakin baik. Desa ini sudah jauh berubah,”tegasnya.
IKM Suka Maju menurutnya sudah cukup berkembang setelah didukung Bank NTT, kini sudah banyak minuman fermentasi jahe maupun pisang, serta aneka kerajinan lainnya. Bahkan IKM sudah berkontribusi pada PAD desa setempat. Putaran Roda ekonomi di Napan sudah semakin lancar, apalagi tidak sedikit pengunjung PLBN yang mampir ke IKM tersebut dan berbelanja. “Beginilah kondisi kami sekarang, sudah jauh berubah dibanding sebelumnya. Dulu Napan hanyalah sebuah desa kecil, namun sekarang kami sudah menjadi sebuah desa yang putaran roda ekonominya baik,”tegas Siki.
Tak hanya itu, Antonius Anton mengisahkan, dia memulai usahanya pada awal tahun 2010. Saat itu dia merintis usahanya dengam meracik aneka minuman herbal dan anggur fermentasi jahe serta pisang.
“Saat itu saya racik hanya untuk konsumsi gratis warga. Setiap tamu yang mampir, saya suguhi. Lama-lama mereka katakan suka, dan saya mulai produksi skala besar. Itu di tahun 2013, dan atas dukungan Bank NTT, usaha saya kini sangat maju,”tegas Antonius sembari menunjuk puluhan jenis produk yang dihasilkan. Ada anggur fermentasi jahe dan pisang yang kadar alkoholnya 11 %, ada juga madu batu dalam kemasan kecil, aneka makanan ringan dengan bahan baku yang dihasilkan warga setempat. Seperti keripik singkong, keripik talas, jagung bunga, kue rambut, ramuan herbal rematik dan berbagai penyakit kulit, minyak urut untuk penyakit kulit, serta banyak jenis produk khas Napan.
Pemerintah desa Napan pun membentuk sejumlah kelompok tenun, beranggotakan ibu-ibu rumah tangga di desa setempat, dan setiap hasil produksinya dijual di pusat penjualan yang terletak di halaman rumah Antonius Anton. “Kami punya tenunan yang coraknya beraneka ragam. Semuanyaa hasil karya ibu-ibu di Napan. Kami bersyukur karena usaha kami kian maju, keuntungannya jutaan rupiah dan dari usaha ini, banyak menghidupi rumah-rumah tanggaa disini, dan anak-anak kami pun bisa kuliah,”tegas Anton yang usai menerima tim juri di rumahnya harus segera ke Kupang menghadiri wisuda anaknya pada Jumat (18/11) pagi. “Anak saya bisa menamatkan kuliahnya dari usaha ini,” tegasnya dengan wajah gembira.
Pimpinan Bank NTT Cabang Kefamenanu, Fridolina M.M Faturene saat itu menjelaskan, Napan adalah salah satu dari empat desa lainnya yang mengikuti Festival Desa Binaan Bank NTT.
“Kami mempersiapkan desa ini menjadi peserta festival, karena usaha kreatif masyarakat disini cukup variatif dan berkembang. Napan adalah sebuah destinasi pariwisata, karena disini ada PLBN, sehingga tempat usahanya kami dampingi, dan hari ini mereka boleh bertumbuh menjadi desa yang cukup berhasil,”tegasnya menambahkan. Bank NTT memfasilitasi kelompok ini, sehingga setiap transaksinya menggunakan kanal yang disiapkan oleh Bank NTT.
Sementara Stenly Boymau saat itu memberi apresiasi atas berbagaai terobosan yang sudah dilakukan oleh pemerintah desa Napan dan IKM Suka Maju pimpinan Antonius Anton yang kini sudah semakin maju. “Jika di Agustus kemarin, saya mendapat ceritra bahwa desa ini masih belum begitu bergeliat kelompok usahanya, namun dalam waktu dua bulan, perubahannya sangat drastis. Hampir 100 persen. Tempat usahanya sudah bersih, sehat, penataan produk yang dijual pun sudah bagus, belum lagi setiap produk memiliki packaging yang menarik,”tegas konsultan Bank NTT ini.
Baginya, sebaik apapun kualitas produk yang dijual, jika dimasukkan dalam wadah yang kurang menarik, maka akan berpengaruh pada daya beli konsumen. Apalagi, Bank NTT sudah memfasilitasi pelaku usaha dengan mendesain wadah yang bagus, menarik, serta membantu dari sisi perijinan, labelisasi, maupun sertifikasi oleh lembaga yang bertanggungjawab.
“Nah labelisasi serta sertifikasi ini menjadi garansi tentang kualitas produk yang kita jual. Orang lain menganggap ini sepele, namun sebenarnya penting,”tegasnya lagi. Dia menyarankan agar IKM Suka Maju terus meningkatkan produktifitasnya, semakin memperluas jangkauan pemasarannya, serta menjalin komunikasi dengan PLBN Napan agar produk mereka pun masuk ke sana.
“Napan sebagai etalase Bangsa Indonesia harus dimanfaatkan. Produk-produk tenunan yang dihasilkan harus didesain agar ramah terhadap milenial. Misalnya ada anting, gelang, serta aneka produk lainnya berbahan dasar tenun. Sehingga tenun tidak saja dijual selembar utuh, melainkan dipotong kecil-kecil dan didesain dalam beraneka bentuk, tentu akan mendatangkan keuntungan yang lebih,”pungkasnya. (*)