Menko Airlangga Hartarto : Pemerintah Mendorong Akademisi dan Ilmuwan Berkontribusi Bagi Pemulihan Ekonomi Nasional
Airlangga mengatakan bahwa pembangunan ekonomi suatu negara akan berimplikasi langsung terhadap meningkatnya laju permintaan energi, sehingga sektor energi juga menjadi salah satu sektor kunci dalam pemulihan ekonomi.
Ketahanan dan keandalan suplai energi akan semakin dibutuhkan, terutama pada 2045, di mana ekonomi Indonesia diharapkan memiliki produktivitas yang tinggi dan inovatif.
poster
Permintaan energi final nasional 2050 pada skenario Business as Usual (BaU) diproyeksikan sebesar 548,8 MTOE (Million Tonnes of Oil Equivalent). Pada, skenario pembangunan berkelanjutan, permintaan tersebut diproyeksikan sebesar 481,1 MTOE dan pada skenario rendah karbon sebesar 424,2 MTOE. Permintaan ini umumnya disumbang oleh sektor transportasi dan industri.
“Dalam pengembangan energi dan upaya pemenuhan kebutuhan nasional, kita telah memiliki garis kebijakan transisi energi atau check point yang dijadikan acuan,” ujar Airlangga seperti dilansir dari cnnindonesia.com
Beberapa garis kebijakan transisi energi yang dimaksud yakni target energi baru dan terbarukan dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025, pencapaian Nationally Determined Contribution pada 2030 dengan target penurunan emisi sebesar 29 persen dengan usaha sendiri, serta pencapaian target Net Zero Emission pada 2060.
“Transisi energi yang krusial bagi kita ini akan membutuhkan kebijakan afirmatif juga pembiayaan serta akses teknologi. Oleh karena itu, Presiden Jokowi telah menetapkan transisi energi sebagai salah satu topik prioritas utama Presidensi Indonesia di G20,” jelas Airlangga.
Pemerintah juga telah melakukan berbagai strategi lainnya dalam upaya mereduksi emisi karbon seperti rencana penerapan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS), pembatasan routine flaring, serta optimalisasi gas bumi untuk transportasi dan rumah tangga.
Ke depannya, industri berbasis hijau akan menjadi primadona. Industri berbasis hijau akan mendongkrak ekonomi dan memberikan nilai tambah bagi negara sekaligus menyerap tenaga kerja yang berkeahlian tinggi.
Menko Airlangga juga menjelaskan tentang penyelarasan terobosan riset perguruan tinggi dan dunia akademis dengan kebutuhan adopsi teknologi di bidang energi ketersediaan dan keterjangkauan isu sentral yang memerlukan solusi cepat.
“Saya harap Webinar Science 20 sebagai engagement group yang mewakili akademisi dan ilmuwan dalam forum G20 dapat memberikan kontribusi, pencerahan, dan kajian guna menguatkan komitmen Indonesia menuju pemulihan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tutup Airlangga.
(*aor/aat)