Balada Vaksin Nusantara
Jakarta, MITC – Vakisn nusantara yang diprakarsai oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sejak awal kemunculannya banyak diwarnai kontroversi. Vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik ini tidak mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melanjutkan uji klinis.
Vaksin Nusantara diketahui pertama kali mmuncul dengan nama ‘Joglosemar’ pada Desember 2020. Vaksin digarap oleh PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama dengan perusahaan asal Amerika Serikat, AIVITA Biomedical, selaku pemasok teknologi dendritik yang digunakan untuk membuat vaksin berdasarkan ketetapan KMK No. HK.01.07/MENKES/2646/2020.
Teknologi dendritik dipakai karena dianggap akan membuat vaksin lebih mudah diterima oleh tubuh pasien dan menghasilkan antibodi yang bersifat seumur hidup.
Laporan uji klinis I
Kontroversi vaksin Nusantara mulai ramai ketika tim peneliti melaporkan hasil uji klinis pertama pada ke media 16 Februari 2021 lalu. Terawan yang memprakarsai pengembangan vaksin dendritik ini mengklaim hasil Fase I menunjukkan imunitas yang baik dan aman pada pasien COVID-19.
“Vaksin punya dokter Terawan ini dendritik bersifat T-cells, berarti sekali suntik berlaku seumur hidup. Sehingga secara pembiayaan pun lebih menguntungkan dan tidak menguras devisa negara, karena ini diproduksi dalam negeri,” kata Anggota Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara Jajang Edi Prayitno beberapa waktu lalu seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Keraguan pakar kesehatan lainnya
Sebagian pakar kesehatan meragukan vaksin Nusantara karena minimnya informasi uji klinis ditambah klaim bisa menghasilkan antibodi yang bersifat seumur hidup. Ahli penyakit tropik dan infeksi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, juga pernah menyinggung kemungkinan biaya yang tidak sedikit untuk menghasilkan vaksin berteknologi dendritik.
“Tetapi kalau kita membuat dendritik sel ini sebagai basic untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai vaksin saya rasa secara keilmuwan ini akan sangat luar biasa sulit dan mungkin bisa jadi mahal, itu dari sisi manufacturingnya, pembuatannya,” kata dr Erny beberapa waktu lalu.
Penolakan BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tidak memberi izin vaksin nusantara dilanjutkan ke uji klinis tahap kedua. Alasannya karena masih ditemukan prosedur pelaksanaan uji klinis tahap pertama yang tidak sesuai dengan kaidah penelitian.
Mulai dari tidak adanya komite etik, kaidah riset tidak sesuai standar, tidak adanya uji klinis pada hewan, dan manfaat atau khasiat dari vaksin Nusantara dinilai belum terlihat. Hal ini yang kemudian menjadi catatan vaksin Nusantara tak bisa lanjut Fase II, selama belum ada perbaikan.
“Di dalam penelitian ini juga ada profil khasiat vaksin yang jadi tujuan sekunder yang harus dijawab, karena bukan hanya aspek keamanan saja ya tapi juga ada di dalam tujuan sekunder tersebut adalah di mana juga penelitian ini harus menunjukkan profil khasiat vaksin yang menjadi tujuan sekunder,” jelas Kepala BPOM Penny K Lukito saat rapat bersama Komisi IX DPR RI bulan Maret 2021.
Ngotot lanjut uji klinis II
Dilansir dari detik.com, meski ditengarai tidak mendapat izin BPOM, para peneliti dilaporkan terus melanjutkan uji klinis tahap kedua vaksin Nusantara. Terawan kembali muncul dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI pada awal Juni 2021, memaparkan hasil uji klinis fase II vaksin Nusantara.
Disimpulkan, sejauh ini vaksin aman digunakan. Terawan juga menjelaskan mengapa melibatkan pihak Amerika Serikat di tengah klaim penelitian vaksin anak bangsa.
“Sengaja saya menggandeng Amerika, supaya standarisasinya sama,dan tujuannya apa di kemudian hari bahwa apa yang kita kerjakan di indonesia ini bukan sekedar standar indonesia tapi standarnya juga mengacu pada luar sehingga nantinya juga diakui,” kata dia dalam rapat bersama Komisi VII Rabu (16/6/2021).
Dukungan tokoh politik
Beberapa tokoh politik kemudian mengeluarkan suara, menyatakan dukungan untuk pengembangan vaksin Nusantara. Mulai dari anggota Komisi IX DPR RI, Aburizal Bakrie, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, eks Menteri Kesehatan Siti Fadillah, dan yang terbaru Moeldoko, ramai-ramai bersedia menerima dosis vaksin Nusantara.
“Hari ini, saya menerima suntikan vaksin nusantara untuk mencegah penularan Covid-19 dari Letjend (Purn.) Terawan Agus Putranto di RSPAD Gatot Soebroto,” tulis Moeldoko di akun Instagram-nya dan dikutip pada Jumat (30/7/2021)