Virus ASF Mengganas, Disnak Kabupaten Kupang Diminta Lebih Serius

Oelamasi, MITC – Beternak babi adalah salah satu tumpuan ekonomi keluarga di NTT. Pasarannya baik untuk ternak hidup maupun produk turunan juga sangat jelas. Selain nyaris tak terpisahkan dari berbagai ritual adat, juga kian menjanjikan pasarannya menyusul menjamurnya restoran atau rumah makan khusus daging babi atau sei babi.

Namun belakangan, para peternak resah karena hewan peliharaan mereka itu terserang virus demam babi atau ASF (African Swine Fever). Hingga saat ini dilaporkan sudah belasan ribu babi mati akibat serangan ASF. Dilaporkan pula, serangan ASF berawal di Lembata dan kini hampir merata di NTT.

Harga daging babi di pasar belakangan ini merosot tajam. Konon dijual hanya seharga Rp 10.000 dari biasanya Rp 75.000 per KG

Anggota DPRD Kabupaten Kupang asal Partai Golkar, Agus Mauboy kepada mediindonesiatimur.com membenarkan bahwa, “untuk virus demam babi atau ASF ini sudah 2 tahun berturut-turut yakni tahun 2020 hingga tahun 2021 cukup meresahkan peternak babi di Kabupaten Kupang.”

“Persoalan ASF ini, secara ekonomi sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan berujung pada kebuntuan kebutuhan domestik rumah tangga, kesehatan maupun pendidikan apalagi dalam kondisi pendemi covid-19 seperti sekarang ini,” urai Mauboy

“Agus Mauboy meminta agar Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan harus lebih serius lagi untuk menuntaskan persoalan ASF ini sehingga masyarakat tidak menjadi korban terus menerus.

Kepala Puskeswan Kecamatan Kupang Tengah, Drh. Theresia Murni yang dikonfirmasi mediaindonesiatimur.com mengatakan dilapangan yang kami lalukan yang pertama adalah KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), kami terus edukasi peternak untuk mengenal ASF dan bagaimana upaya pencegahannya, sebenarnya salah satu kuncinya adalah biosecurity dan ini butuh peran aktif dari peternak itu sendiri juga untuk membatasi orang yang keluar/masuk kandang, menyiapkan desinfekatan untuk cuci kaki dan tangan”

“Sejauh ini belum ada obat ataupun vaksin ASF sehingga yang dapat dilakukan dilapangan adalah perketat biosecurity juga lalu lintas ternak babi maupun produk olahan diperketat sehingga bisa memutus penyebaran virus ASF ini”

“Dari dinas ada disiapkan desinfektan sehingga jika ada laporan warga kami segera lakukan penyemprotan desinfektan. Jumlah kasus, untuk kami di Kecamatan Kupang Tengah jika dibanding tahun 2020, untuk tahun 2021 ini laporan jumlah kasus lebih sedikit. Akan tetapi kami tetap mengedukasi masyarakat untuk tetap waspada,” ungkap drh. Theresia Murni

Penulis : Alberto Tatibun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.