Petani Milenial, Nani Bulu di SBD Kembangkan Porang, Ini Alasannya!

TAMBOLAKA, MITC – Sebagai anak muda yang menjadi tulang punggung bangsa, baik buruknya suatu bangsa tergantunglah pada pemuda masa kini atau yang lebih di kenal dengan pemuda zaman now, sehingga Marselinus Nani Bulu, S. Pd tergerak hati untuk memberi contoh yang baik kepada pemuda agar pemuda mempunyai inisiatif yang bisa diterapkan di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang di maksud bahwa peran pemuda menentukan nasib suatu bangsa.

Marselinus Nani Bulu, yang kerap di sapa Linus merupakan seorang pemuda yang telah menyelesaikan Study Stara Satu (S1) wisuda dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Weetebula, Linus semasa kuliah aktif sebagai aktivis, dimana beliau sebagai kader terbaik Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Tambolaka Santo Agustinus dan sekarang Maselinus juga sebagai petani Porang.

Warga Desa Lua Koba, Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Marselinus Nani Bulu mengakui bahwa, “gelar bukan sebuah ukuran untuk bisa terlihat maju, tapi bagaimana kita sebagai pemuda bisa bermanfaat di tengah-tengah masyarakat kita bisa memberi contoh yang baik”, ungkap Linus kepada awak media pada (Sabtu, 08/01/2021).

Marselinus mengaku waktunya selama ini, ia luangkan untuk bertani, sebagai petani porang, dimana porang miliknya kurang lebih 5 hektar, selain lahan yang ia gunakan untuk menanam porang, ia juga manfaatkan untuk menanam jagung dan juga kacang tanah serta tanaman hortikultura lainnya seperti sayur-sayuran.

“Ya selama ini saya di kebun saja, saya manfaatkan waktu ini untuk menanam porang, jagung, kacang tanah dan juga sayur-sayuran”, ungkapnya

Aktifitas yang ia lakukan itu, baginya bukan aktifitas biasa, karena katanya pepatah mengatakan bahwa menanan untuk menuai, sehingga ia bergerak hati tanpa paksaan dari siapapun.

Bahkan Marselinus juga mengajak beberapa pemuda desanya untuk menanam porang, karena baginya sebagai seorang yang mempunyai inisiatif, ia juga harus berbagi dan mengajak orang-orang disekitarnya untuk bertani sebagai petani porang dan taman-tanaman lainnya.

“Ide ini muncul begitu saja, sehingga saya mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan nyata di desa tempat saya berdomisili, mungkin melalui aktifitas seperti ini, bisa menjadi contoh bagi pemuda desa lua koba khususnya dan umumnya pemuda Kabupaten Sumba Barat Daya”, katanya

Dikatakan Marselinus, lahan yang mereka gunakan sebagai lahan penanam porang jika digabungkan semua sebanyak 12 hektar. sehingga dirinya menyebut bahwa ini adalah awal yang baik dan mungkin akan terus berkelanjutan.

Selain itu, Marselinus juga berharap bahwa pemuda itu harus menjadi agen perubahan, sehingga kita keluar dari zona nyaman.

Ketika ditanyai soal harga porang, katanya memang harga porang tetap stabil, namun yang menjadi kawalan bahwa harga porang di kampung dan harga porang di kota jauh dari harapan.

“misalnya harga disini 4000 rupiah/Kg, nah di Kota harga 5000 rupiah/Kg, selisih harga ini jauh dari harapan kami, lantas selain kami harus kumpul, kami juga harus kumpul porang di kebun lalu angkat dari kebun bawah ke jalan raya untuk memudahkan pembeli mengangkatnya”, ujar Marselinus

Marselinus berharap ada perhatian khusus dari Kepada Desa Lua Koba yang sebagai kepala wilayah di Desa Lua Koba dan juga kepada para pihak-pihak terkait Khususnya Bupati Sumba Barat Daya untuk melihat kondisi jalan menuju Kampug Wasukaka, RT/ RW: 10/05, Dusun II, Desa Lua Koba, Wewewa Barat.

Agustinus Lede Malo, Warga Kampung Wasukaka kepada mediaindonesiatimur.com menyampaikan proficiat kepada pemuda Kampung Wasukaka, Desa Lua Koba yang sudah memiliki inisiatif untuk melakukan hal-hal yang positif di Desa Lua Koba, sehingga dirinya berharap agar Marselinus dan teman-temannya segera membentuk kelompok tani.

“Saya mendukung anak-anak muda punya semangat, apalagi ini yang mereka lakukan sangat positif, bagi saya ini sangat baik dan patut di apresiasi, sehingga saya berharap agar segera bentuk kelompok tani”, katanya

Selain itu ia juga berharap agar jalan yang menuju kampung Wasukaka bisa diperhatikan oleh Pemerintah, dikatakan Agustinus, 75 tahun sudah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merdeka tetapi kami masyarakat Desa Lua Koba masih jauh dari kata Sejahatera, bahkan sampai saat ini, kami juga belum merasakan penerangan dari listrik sebut Agustinus, tambahnya dari dulu sampai sekarang hanya lampu pelita yang menerangi rumah kami saat malam, terang Agustinus. (****)

Penulis: Yanto Tena

Editor : Alberto Tatibun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.